Langsung ke konten utama

apakah dosaku padamu nyonya menerr



Apa dosaku padamu…..

Sejak masih aktif sebagai pengurus di organisasi yang aktif ngurusin masalah pelajar hingga saat ini gw sebagai pekerja yang tetap aktif mengamati permasalahan pelajar gw sangat akrab dengan istilah “bully”
Tapi faktanya bully hal ini gini gak cuma jadi masalah pelajar, di lingkungan mana saja bisa terjadi yah lingkungan sekolah, di kampus bahkan di tempat kerja.. oh ya memang biasa sih gencet menggencet kalo istilah pabrik tapi gw kasi tau fakta satu lagi bahkan di institusi yang dipenuhi oleh insan yang secara pendidikan dan kualitas sangat kridibel misalnya rumah sakit amat sangat lazim terjadi... Mulai curhat..

Gw korban pembullyan… mulai dari pertama kali masuk kerja sebagai pendatang baru a.k.a junior accounting gw sudah di bully sama temen gw sendiri dan sampai sekarang masih aja gw dibully (klo sekarang yang bully orang2 keren dari kalangan yang  bertitel dr maupun master). Tapi kali ini gw Cuma mau cerita salah satu orang yang sangat dan teramat rajin membully kami (gw sama mba dilla) di setiap tempat, waktu dan kesempatan tanpa syarat ketentuan berlaku. (woalaah)

Sebut saja namanya nyonya meneer, entah dia punya dendam apa sama gw dan mba dilla.. sampai sekarang gw selalu bertanya dari kedalaman lambung hati gw. Kenapa beliau selalu memperoleh pencerahan untuk senantiasa memperhatikan kami. Dari sekian banyak insan di rumah sakit kenapa hanya kami yang selalu mengusik mulutnya (mudah2an hanya mulut tidak sampai di hati) untuk selalu melontarkan ucapan, ekspresi dan sapaan yang bahkan tidak mencerminkan elagannya manusia yang berpendidikan tinggi. 

Mudah mudahan ini ungkapan subjektifitas dari seorang korban pembullyan.
Sebagai wanita manis, manja dan rapuh (pencitraan) gw maupun mba dilla (ya ampuun kenapa selalu bawa bawa nama mba dilla sih) oke gw cerita dari sisi gw aja skarang..

Dari awal gw cukup mampu menghargai diri sendiri (bahasa halus dari narsis) gw gak terlalu terpengaruh dengan sikap orang berkarakter kaya nyonya mener, justru orang kya mereka tanpa gw sadari menjadi motivasi dalam perbaikan diri gw. Makanya, hampir gw gak menaro dendam sama sikap nyonya mener, inih malah menjadi hal lucu kalo dikenang. Eh dari tadi gw cerita sikap nyonya mener, sekarang sedikit gw ceritain peristiwa yang lumayan membekas

Suatu waktu pas kami rapat tentang anggaran tiba tiba dengan manisnya dia bilang pegawai rumah sakit gak boleh gendut *spontan peserta rapat nengok ke gw* yang gendut2 harus diet turunin berat badan kalo badannya gak ideal juga akan ditaro di bagian laundry buat cuci seprei sampai kurus.  Padahal saat itu kita semua lagi bahas masalah anggaran dan jelas dia out of the topic plisss. Yah kaya biasa gw Cuma bisa senyum membalas tatapan kasihan sebagian orang dan tatapan bahagia melihat gw yang dilecehkan di forum. Dosa apa aku padamu. 

Ga cukup disitu, mungkin karena sikap gw yang kelewat cuek ataw dia merasa belum puas dengan komentarnya tiga hari kemudian dia bilang “orang gendut itu merusak citra rumah sakit, orang gendut itu sarangnya penyakit, tidak lincah, calon kolesterol, calon hipertensi apalagi usianya masih muda dan belum punya anak.. benar benar merusak citra rumah sakit loh” semua orang tau kalo kata kata itu ditujukan buat gw. Masih di forum yang saat itu membahas program kerja unit kerja di rumah sakit. Jujur sih sebagai manusia biasa ada terbersit kesedihan dalam hati mendapat perlakuan seperti itu apalagi dilakukan dimuka umum. Tapi itu hanya sementara, gw paksa hati gw untuk lagi lagi memandang semua dari kacamata positif, jangan sampai perasaan manusiawi gw menutup mata hati gw dari kebenaran yang disampaikan. Benarlah gw harus menjaga berat badan ideal jika gw mau terhindar dari berbagai penyakit akibat timbunan lemak dan pola makan yang kurang baik. Alhamdulillahnya, hati gw lebih lapang menerimanya. 

Masalah fisik sih ternyata bukan Cuma gw yang dapat perhatian lebih, seminggu lalu mba dilla ditegur di tengah jalan dari dalam mobilnya “dilla ternyata kamu pendek yah” ya ampuuuun segitunya,, dia usaha banget padahal lagi nyetir mobil masih sempet aja perhatiin orang lain. 

Setiap kali gw maju persentasi, pasti dia orang yang pertama angkat tangan kalo masuk sesi tanya jawab, out of the topic seringkali tapi semua orang membiarkan aja tuh. Nanya tapi untuk menunjukkan lemahnya kami cenderung menjatuhkan di forum sampai tadi pagi pas gw kebagian buat persentasi sarmut pas sesi  pemberian masukan dia angkat tangan dan memberikan komentar “masa persentasi Cuma duduk doank, berdiri donk kya dr X sebelumnya, kan kita juga males liatnya gak semangat jadinya” *gubrak* padahal di moment itu gw berharap memperoleh sumbangsih pemikiran dan memang sebelum2nya yang maju juga persentasi posisinya sambil duduk tidak berdiri. 

Selebihnya yah komentar harian kya warna jilbab gw, warna juga model sepatu gw,  cara terima telepon, ini dan itu.. sabtu kemarin juga kami debat panjang sama dia masalah jam kerja di unit kami. gw sama mba dilla sampe nyerah harus pake logika seperti apa untuk menjelaskan kepada beliau dan akhirnya kami lapor ke direksi buat menengahi, tapi direktur gw juga akhirnya bingung dengan cara berfikir tuh orang.
Dibalik sikapnya itu kadang ada juga rekan kerja yang diam diam memberikan semangat, missal dengan kata kata “udah ga usah ditanggapin ul, gak substantif” ataw “dia emang begitu orangnya” ataw “sabar aja ul” tapi itu semua dilakukan dengan cara berbisik. Kenapa begitu?? Pasti karena temen juga males bikin masalah sama tuh orang. support orang sedikit banget sih ngaruhnya buat gw, gw bakal lebih respect kalo ada yang berani mengingatkan bahwa sikapnya itu nggak akan membuat gw lebih hina dimata siapapun dan sama sekali gak mengangkat derajat dia sebagai orang yang berpendidikan tinggi dengan profesi yang disegani plus harta kekayaan yang melimpah. Meski beliau seorang professional di bidangnya, lulusan S2 predikat cum laude plus istri seorang milyoner dengan sikapnya itu lambat laut akan kehilangan penghargaan dari orang lain. Kasihan, iya gw lama lama jatuhnya kasihan  loh sama dia. Semoga suatu saat ada yang mampu  membuka mata hatinya untuk bisa lebih peka lagi dan santun dalam mengemukakan maksudnya. 

Haiii nyonya mener.. apa dosaku padamu… jika keberadaanku mengusikmu sungguh saya mohon maaf.. gw cuma mau jadi orang yang memiliki visi hidup yang lurus. Maka, jangan marah jika sikapmu itu tak sedetik pun melemahkan gw dan menggoyahkan independensi gw.


  









Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEHARIAN DI SURABAYA

Assalamualaikum, hula gengs,, mau lanjutin nih cerita maratorn trip surabaya - banyuwangi - bali lanjutan Postingan sebelumnya, Akhirnya gw tiba di bandara Juanda dan disana sudah ada mba Y dan dek A Karena pagi masih jadi destinasi pertama tempat kami adalah sarapan di soto kudus kedai taman. Disana kami sarapan sambil ngobrolin agenda perjalanan dan update kabar masing masing karena pertama kalinya bisa berkumpul setelah berbulan bulan hanya bersua melalui gawai Foto saat tunggu makanan Setelah sarapan kami bergegas ke destinasi berikutnya, yaitu rumah sampoerna tapi saat tiba di lokasi ternyata sedang tutup, jadi kami ganti tujuan ke alun alun bawah tanah.  Alun alun sedang ada pameran fotografi serta sejarah cafĂ© simpang kehidupan kaum expatriat, jadi gw R dan mba Y bisa numpang foto disana, setelah keliling kami memutuskan untuk minum es cream zangradi, lokasinya tinggal nyebrang dari alun alun, disana makan es cream sambil menunggu. di atas alun alun bawah tanah di dalam alun alu

CORDOVA

Cordova…oh…Cordova… Istana singa telah jadi museum Mesjid Abdurrahman tinggal puing-puing Universitas castilia telah jadi biara Semua…semua kegemilangan telah lenyap Tuan tahu mengapa ini bisa terjadi… Ini terjadi akibat perpecahan… Perpecahan pemimpin Islam Kini tinggal kisah…kisah Andalusia Segagah Islamiyah hanya satu…satu bukan dua Yaitu bersatu…sekali lagi bersatu TAUHID… IJTIHAD… Kami tidak ingin Indonesia menjadi andalusia Penuh kisah biadabil ambisius Menggadai-gadaikan umat pada segelintir pedagang Mengkotak-kotakkan umat berfirqah-firqah Lalu mengadu mereka penaka domba Aku rindu pada binaan rumah tangga Islam Indonesia Satu Ukhuwah…Satu Shaff…Satu Komando…Satu cita-cita Pembawa Nama ALLOH yang kekal dalam sejarah Hidup Persatuan Muslim…Hidup Persaudaraan Muslim LAILAHAILLALLAH…MUHAMMADURRASULULLAH Karya: Alm. H Yunan Helmy Nasution diatas adalah puisi kesukaan nyokap gw, beliau hapal mati ni puisi.. tapi akhir2 ini suka lupa, akhirnya gw ini

lepas masker

Semalam ramai tentang keputusan pak pres tentang saat ini boleh melepas masker di area outdoor Mendengar keputusan itu campur aduk rasanya, tahun ke 3 masa pandemi bener bener merubah banyak hal  Setelah informasi tersebut, gw chat sahabat sahabat (karena lebih dari 1 orang) sekaligus tetangga dan jawabannya sama "belum siap buat lepas masker, udah nyaman begini"  Rina berkomitmen untuk tetap memakai masker sedangkan Diah masih butuh waktu buat adaptasi lagi, klo gw sih waaah jujur gak betah udah pake masker, nasib hidung minimalis (baca : pesek)  Sama seperti awal peraturan bahwa kita harus memakai masker, rasanya masih ga percaya harus kemana mana pakai masker tapi ternyata dapat dilalui, sekarangpun aturan untuk boleh melepas masker masih bikin ga percaya atau mungkin seperti kata Diah  Masih butuh waktu buat adaptasi, padahal pandemi gak pernah mau nunggu kita adaptasi