maka tibalah hari nya
seluruh warga desa nampak sibuk menyiapkan upacara puncak dari upacara sereun taun. Desa bersolek secantik para warga kesepuhan cipta gelar, desa desa tetangga pun berdatangan, para wartawan dan peliput mulai menyiapkan sudut sudut untuk mengambil dokumentasi, para komunitas dari keluarga kerajaan kerajaan nusantara pun bersiap siap.
Gw sendiri dari pasca insiden "vandalisme" di homestay pun turut keluar antusias merekam dengan mata dan memory sambil menghirup dengan rakus udara bersih desa ciptagelar yang berlatar pemandangan jejeran gunung dan hamparan sawah. kapan lagi iya kan. lanjuttemen berjalan ke jajaran lumbung padi yang jadi tempat penyimpanan stock padi dari tahun ke tahun.
pose di tengah tengah jejeran lumbung padi / leuwit para warga cipta gelar.
setelah puas keliling sekitar desa gw dan temen yang lain "nongkrong di sebuah rumah samping alun alun, di rumah itu tersedia kopi khas ciptagelar, disajikan panas dengan gula aren sambil menunggu arak arakan dan acara puncak. yaitu meletakan indung pare (induk padi) di leuit sijimat (lumbung) sambil dibacakan doa doa. Proses meletakan oadi dilakukan oleh abah dan ambu serta dibantu para sesepuh kasepuhan
suara musik dari bambu mulai terdengar bersahutan dengan suara drone, acara puncak pun dimulai ini
para pemuda berpakaian hitam membawa padi hasil panen dengan bambu yang di ujungnya dipasang sesuatu yang menghasilkan bunyi unik. iringan kelompok debus, penari jaipong, ada juga barisan memakai baju putih (overhearing gw sih mereka warga badui dalam), mereka berkeliling alun alun lalu menuju leuit si jimat yang menjadi tempat upacara ngadiukeun pare ka leuit si jimat (meletakan padi ke lumbung si jimat)
untaian bahasa kata kata bahasa sunda juga berkumandang dari speaker yang disebar di banyak tempat, sayang gw gak ngerti artinya.. hahahaa... pas rombongan debus yang lewat gw malah kabur,, takut iih.. trus di bagian terakhir menurut gw unik, jobdesk nya adalah memungut padi padi yang berjatuhan.
parade hanya dilakukan kaum pria sedangkan para wanita memainkan lumpang.
di leuit si jimat ada semacam "orang pintar" menyalakan kemenyan sambil membacakan doa doa juga shalawat dan dibelakangnya ada abah ambu dan keluarga yang bersiap siap untuk naik dan masuk ke luit si jimat untuk meletakan padi.
Setelah upacara puncak selesai, imah gede dibuka untuk makan siang secara gratis. ada beberapa pertunjukan jaipong di salah satu sudut alun alun. aku sendiri memilih untuk keliling lagi ke desa, jajan bakso lantas kembali ke homestay untuk bersiap siap untuk pulang.
Demikianlah perjalanan ke Ciptagelar untuk menyaksikan secara langsung uparaca sereun tahun.
Pengalaman yang sangat berharga tentunya, sampai sekarang selalu gw share ke keluarga dan temen teman. perjalan pulang dimulai dengan naik truk dari cipta gelar menuju desa sinar resmi lantas lanjut pulang ke jakarta.
Komentar
Posting Komentar